SALAHKAH BILA AKU MENCINTAMU
by della amanda
sengaja mimin bikin couple alvia, biar ada SELINGAN buat cerbung versi cakshill
enjoy!
Don't copast!
Malam itu Alvin masih belum terlelap ia masih
sibuk mempersipkan surat untuk Sivia besok.
“apapun yang terjadi besok, aku akan terima,, aku ingin ungkapin ini semua, mungkin ini satu-satunya cara agar Sivia mengerti perasaan aku,” gumam Alvin dalam hati.
“apapun yang terjadi besok, aku akan terima,, aku ingin ungkapin ini semua, mungkin ini satu-satunya cara agar Sivia mengerti perasaan aku,” gumam Alvin dalam hati.
Dentang jam
menunjukkan pukul 24.00, mata Alvin belum juga terpejam, ia masih memikirkan apa
yang akan terjadi esok hari. Alvin mencoba untuk tidur tapi kejadian esok
menghantui dirinya hingga pukul 04.00 Alvin belum tertidur.
Pagi sudah datang, ayam jago milik tetangga Alvin berkokok dengan lantang membangunkan Alvin yang baru saja terpejam. Dengan rasa malas, Alvin beranjak dari ranjangnya dan bersiap berangkat sekolah.
Sesampai di sekolah, Alvin berpapasan dengan Sivia dan genknya di lorong sekolah.
“ha…hai Sivia??’’ sapa Alvin gugup, Sivia hanya menjawab dengan seutas senyum manis di bibirnya dan berlalu bersama teman-temannya.
“Sivia, apakah aku salah telah menyukai dirimu,, kau adalah gadis paling popular di sekolah ini, sementara aku….” Belum sempat menyelesaikan perkataannya dalam hati, tiba-tiba Shilla datang menepuk pundak Alvin.
“hayoo,, liatin sapa tuu sampe nggak kedip dari tadi,, pasti liatin Sivia yaa,” geretak Shilla meledek Alvin. Alvin hanya tersipu malu mendengar perkataan Shilla, wajahnya memerah dan tangannya berkeringat dingin.
“sudahlah Alvin, lupakan saja gadis itu, toh dia juga sudah punya pacar kan???” Shilla mencoba mengingatkan Alvin.
“pacar??” Alvin terkejut, karena setahu Alvin, Sivia masih jomlo setelah putus dengan Rio.
“kau tak tau, seminggu lalu tepatnya mereka jadian,, pasti kau tak membaca majalah hari ini kan, ini coba saja baca, Sivia berpacaran dengan Gabriel kakak kelas kita yang menjadi kapten club basket,” kata Shill sembari menunjuk majalah yang di pegangnya.
“makasih, aku juga telah memikirkan ini berulang-ulang kok’’ jawab Alvin kecewa, seraya beranjak meninggalkan Shilla. Alvin pun berjalan menuju kelasnya, sesampainya di kelas, ia hanya terdiam melamun di bangkunya. Tiba-tiba suara seorang gadis membuyarkan lamunannya, gadis itu adalah Sivia.
‘”permisi semua, ‘’ semua wajah tertuju pada arah suara itu.
“alvinnya ada kan??’’ lanjut Sivia. Seraya Alvin langsung berdiri dari bangkunya. (deg-deg-deg) degupan jantung Alvin menjadi lebih cepat, ia begitu gugup.
“hai Alvin,, ini ada tugas dari p.hardi untuk kelas mu(Sivia memberikan selembar kertas berisi tugas kepada Alvin).. hei, kenapa wajahmu pucat sekali, apa kau sakit (Sivia memegang dahi Alvin)’’
Alvin sangat gugup, tubuhnya berkeringat, ia tak mampu berkata apa-apa, ia hanya bisa menatap mata Sivia.
“ya sudahlah, kalo kamu nggak mau jawab, aku balik ke kelas dulu ya..??”
“Siv… Sivia ,??"
“ya, ada apa??’’
“apa nanti jam istirahat kau bisa menemuiku di taman belakang??” pinta Alvin pada Sivia.
“tentu,, aku bisa kok’’ jawab Sivia enteng.
(huuufft) Alvin mencoba menghela nafas, ia mencoba menenangkan hatinya.
Bel istirahat pun berbunyi, Alvin bergegas keluar kelas menuju taman belakang, sesampai di sana, Alvin harus menunggu Sivia hingga 15 menit lebih.
“kenapa Sivia belum datang, apa ia lupa??” gumam Alvin lirih, tak berapa lama Sivia pun datang. Ia menghampiri Alvin yang sedari tadi duduk di bangku taman.
“Sivia??” Alvin serentak berdiri dari bangku itu.
“iya, maaf ya aku terlambat tadi aku masih….” Belum menyelesaikan perkataannya, Alvin sudah memotong kata-kata Sivia.
“aku ingin memberikan ini” potong Alvin seraya memberikan sehelai surat untuk Sivia.
“apa isi surat ini Alvin,??” Tanya Sivia,
“baca saja” jawab Alvin menahan semua kegelisahannya. Namun, bukannya dibaca tapi Sivia malah membuang surat itu.
“untuk apa aku baca surat ini, sementara penulisnya ada di hadapanku, langsung saja kau katakan Alvin??” paksa Sivia pada Alvin. Alvin tak memikirkan hal ini sebelumnya, saat Sivia berkata seperti itu, tubuh Alvin serasa tersentak. Dia yang awalnya tenang-tenang saja, kini menjadi sangat gugup. Bibirnya sulit tuk berucap, ia hanya tertunduk dan terdiam beberapa saat.
“aku,, aku ingin bicara sesuatu pada mu Vi” Alvin mulai berkata dengan menahan semua rasa gugupnya.
“katakan saja, aku akan mendengarkannya” jawab Sivia seraya tersenyum manis.
“Sivia, sebenernya sejak pertama kita ketemu aku udah menyimpan perasaan ke kamu, tapi aku nggak berani ungkapinnya, aku tau aku nggak pantas untuk kamu, aku hanya anak biasa sedangkan kamu adalah gadis paling diidolakan di sekolah ini, aku juga udah pikirin ini mateng-mateng, aku nggak bisa terus memendam perasaanku Vi, aku sayang sama kamu, aku selalu mencoba jadi yang lebih baik agar kau selalu menatapku dan tersenyum padaku, hingga sekarang aku jadi seperti ini itu karena kamu” ungkap rio.
“Alvin, kau juga pasti tau kan,, aku sekarang telah punya pacar, terimakasih kau sudah mau menyayangi aku, tapi sungguh aku minta maaf aku nggak bisa balas semua itu” jawab Sivia dengan lembut seraya mengangkat dagu Alvin yang sejak tadi tertunduk.
“aku minta maaf, aku sudah salah, aku memang tak pantas mencintai kamu” kata Alvin seraya meninggalkan Sivia. Sivia merasa bersalah pada Alvin, dia mencoba memanggil Alvin tapi, Alvin tak menghiraukannya.
Sivia pun berjalan perlahan ke kelasnya, tapi kerumunan siswi menghentikan langkahnya. Para siswi itu membicarakannya, mereka berbisik-bisik satu sama lain, tapi Sivia hanya melirik sebentar dan melanjutkan langkahnya. Ketika ia melewati kelas XI- IPA dia melihat Alvin yang sedang tertunduk di bangkunya. Sivia ingin masuk tapi guru sudah datang, ia pun bergegas masuk kelasnya yang berjarak 2 kelas dari kelas Alvin.
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini pun berbunyi, lautan putih abu pun bergegas keluar kelas namun mereka tak langsung pulang karena hari itu hujan deras, mereka pun harus menunggu hingga hujan reda meski beberapa anak nekat untuk pulang. Sivia dan Alvin keluar kelas masing-masing secara bersamaan. Sivia menghampiri teman-temannya di depan kelas. Tiba-tiba Gabriel menghampiri Sivia bersamaan dengan Alvin. Mereka berdua membukakan payung dan ingin mengantarkan Sivia pulang. Tentu saja Sivia lebih memilih diantar oleh Gabriel kekasihnya. Dari kejauhan Sivia masih melihat Alvin yang terlihat sangat sedih.
“Alvin, maafin aku ya,, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, semoga kamu bisa ngerti” kata Sivia dlam hati kecilnya. Gabriel membukakan pintu mobil untuk Sivia, dan Gabriel pun bergegas masuk mobil. Dari kaca mobil Sivia melihat Alvin yang nekat hujan-hujan, Alvin membuang payungnya dan berjalan dengan penuh penyesalan. Sivia hanya bisa melihat Alvin dari mobil, tanpa terasa, Sivia meneteskan air matanya untuk Alvin.
Keesokan harinya Alvin sakit dan tak bisa bersekolah. Sivia tak mengetahui hal itu. Hingga 5 hari pun berlalu, Alvin masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Sivia yang baru mendengar hal tersebut merasa cemas, pulang sekolah ia pun langsung bergegas menuju rumah Alvin.
Di sana Sivia melihat Alvin dengan wajah pucat pasi dan terbaring sangat lemah.
“semakin hari, keadaan Alvin semakin memburuk nak, Alvin tak mau makan bahkan minum obat saja tak mau, ibu bingung harus bagaimana membujuk Alvin.” Kata ibu Alvin.
“tante, apakah siang ini Alvin sudah makan??” Tanya Sivia.
“belum nak, ibu sudah memaksanya tapi dia tak mau membuka mulutnya” jawab ibu Alvin.
“biar saya yang membujuknya” serentak Sivia mengatakan itu tanpa piker panjang.
“Alvin, kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini,??” Tanya Sivia seraya memegang tangan Alvin lembut.
“untuk apa kau kemari Vi, aku tak pantas untuk kau jenguk, aku sudah tak ada gunanya Vi, sudahlah cepatlah pulang,” pinta Alvin serentak melepaskan tangan Sivia. Tak berapa lama ibu Alvin datang membawakan sepiring nasi untuk Alvin. Sivia langsung berdiri dan mengambil piring itu. Sivia mencoba membujuk Alvin untuk makan namun Alvin malah membanting piring berisi nasi itu.
“Alvinn, kau kenapa, kenapa kau seperti ini padaku??’’ Tanya Sivia dengan mata berkaca-kaca.
“aku nggak ingin melihat kamu lagi, pergilah dari rumah ini, dan jangan menginjakkan kakimu di sini lagi.’’ Alvin membentak Sivia.
“jadi kau mengusirku, apa seperti ini Alvin yang aku kenal, kenapa kau berubah begitu cepat, kalau kau membenciku, bukan seperti ini caranya. Bukan dengan menyakiti dirimu sendiri, kau yang selalu menyemangatiku kenapa sekarang kau kehilangan semangat, kau bukanlah Alvin yang dulu.” Kata Sivia seraya melangkahkan kaki meninggalkan Alvin yang masih terdiam.
Alvin hanya terdiam di atas tempat tidurnya. Keesokan harinya Alvin memaksakan diri untuk bersekolah, dengan tubuh tertatih-tatih Alvin berjalan menuju lorong sekolah. Sesampai di kelas, Alvin di sambut hangat oleh teman-temannya.
“hei Alv, kau masih hidup ternyata hahaha,,,!!!” ledek Obiet teman sebangku Alvin. Alvin hanya tersenyum tipis mendengar ledekan teman-temannya.
“tentu saja Alvin masih hidup, ia kan masih ingin bertemu wanita pujaannya, makanya hari ini dia bersekolah” sahut Patton,
“hoho,, siapa gadis itu,, setauku Alvin tak pernah dekat dengan gadis lain selain Shilla” Cakka terheran.
“Alv, apakah kau tak mau menjawabnya sendiri??” seru Patton meledek temannya itu.
“sudahlah, aku tak mau membahasnya, aku ingin sendiri” Alvin seraya pergi meninggalkan teman-temannya itu. Alvin beranjak pergi dari kelasnya, tanpa sengaja Alvin menabrak seorang gadis, buku gadis itu berhamburan di lantai teras.
“maaf. Maafin aku, aku nggak sengaja” Alvin meminta maaf kepada gadis itu sambil membantunya merapikan buku-bukunya. Ternyata gadis itu adalah Sivia, Alvin langsung menundukkan kepalanya, dan bergegas meninggalkan Sivia.
“Alvin tunggu” panggil Sivia.
“ada a..apa.. Siv..Sivia??” Tanya Alvin terpatah-patah.
“untukmu” Sivia memberikan secarik kertas untuk Alvin. Alvin segera menerima kertas itu dan pergi begitu saja.
Di taman Alvin membaca surat itu.
Pagi sudah datang, ayam jago milik tetangga Alvin berkokok dengan lantang membangunkan Alvin yang baru saja terpejam. Dengan rasa malas, Alvin beranjak dari ranjangnya dan bersiap berangkat sekolah.
Sesampai di sekolah, Alvin berpapasan dengan Sivia dan genknya di lorong sekolah.
“ha…hai Sivia??’’ sapa Alvin gugup, Sivia hanya menjawab dengan seutas senyum manis di bibirnya dan berlalu bersama teman-temannya.
“Sivia, apakah aku salah telah menyukai dirimu,, kau adalah gadis paling popular di sekolah ini, sementara aku….” Belum sempat menyelesaikan perkataannya dalam hati, tiba-tiba Shilla datang menepuk pundak Alvin.
“hayoo,, liatin sapa tuu sampe nggak kedip dari tadi,, pasti liatin Sivia yaa,” geretak Shilla meledek Alvin. Alvin hanya tersipu malu mendengar perkataan Shilla, wajahnya memerah dan tangannya berkeringat dingin.
“sudahlah Alvin, lupakan saja gadis itu, toh dia juga sudah punya pacar kan???” Shilla mencoba mengingatkan Alvin.
“pacar??” Alvin terkejut, karena setahu Alvin, Sivia masih jomlo setelah putus dengan Rio.
“kau tak tau, seminggu lalu tepatnya mereka jadian,, pasti kau tak membaca majalah hari ini kan, ini coba saja baca, Sivia berpacaran dengan Gabriel kakak kelas kita yang menjadi kapten club basket,” kata Shill sembari menunjuk majalah yang di pegangnya.
“makasih, aku juga telah memikirkan ini berulang-ulang kok’’ jawab Alvin kecewa, seraya beranjak meninggalkan Shilla. Alvin pun berjalan menuju kelasnya, sesampainya di kelas, ia hanya terdiam melamun di bangkunya. Tiba-tiba suara seorang gadis membuyarkan lamunannya, gadis itu adalah Sivia.
‘”permisi semua, ‘’ semua wajah tertuju pada arah suara itu.
“alvinnya ada kan??’’ lanjut Sivia. Seraya Alvin langsung berdiri dari bangkunya. (deg-deg-deg) degupan jantung Alvin menjadi lebih cepat, ia begitu gugup.
“hai Alvin,, ini ada tugas dari p.hardi untuk kelas mu(Sivia memberikan selembar kertas berisi tugas kepada Alvin).. hei, kenapa wajahmu pucat sekali, apa kau sakit (Sivia memegang dahi Alvin)’’
Alvin sangat gugup, tubuhnya berkeringat, ia tak mampu berkata apa-apa, ia hanya bisa menatap mata Sivia.
“ya sudahlah, kalo kamu nggak mau jawab, aku balik ke kelas dulu ya..??”
“Siv… Sivia ,??"
“ya, ada apa??’’
“apa nanti jam istirahat kau bisa menemuiku di taman belakang??” pinta Alvin pada Sivia.
“tentu,, aku bisa kok’’ jawab Sivia enteng.
(huuufft) Alvin mencoba menghela nafas, ia mencoba menenangkan hatinya.
Bel istirahat pun berbunyi, Alvin bergegas keluar kelas menuju taman belakang, sesampai di sana, Alvin harus menunggu Sivia hingga 15 menit lebih.
“kenapa Sivia belum datang, apa ia lupa??” gumam Alvin lirih, tak berapa lama Sivia pun datang. Ia menghampiri Alvin yang sedari tadi duduk di bangku taman.
“Sivia??” Alvin serentak berdiri dari bangku itu.
“iya, maaf ya aku terlambat tadi aku masih….” Belum menyelesaikan perkataannya, Alvin sudah memotong kata-kata Sivia.
“aku ingin memberikan ini” potong Alvin seraya memberikan sehelai surat untuk Sivia.
“apa isi surat ini Alvin,??” Tanya Sivia,
“baca saja” jawab Alvin menahan semua kegelisahannya. Namun, bukannya dibaca tapi Sivia malah membuang surat itu.
“untuk apa aku baca surat ini, sementara penulisnya ada di hadapanku, langsung saja kau katakan Alvin??” paksa Sivia pada Alvin. Alvin tak memikirkan hal ini sebelumnya, saat Sivia berkata seperti itu, tubuh Alvin serasa tersentak. Dia yang awalnya tenang-tenang saja, kini menjadi sangat gugup. Bibirnya sulit tuk berucap, ia hanya tertunduk dan terdiam beberapa saat.
“aku,, aku ingin bicara sesuatu pada mu Vi” Alvin mulai berkata dengan menahan semua rasa gugupnya.
“katakan saja, aku akan mendengarkannya” jawab Sivia seraya tersenyum manis.
“Sivia, sebenernya sejak pertama kita ketemu aku udah menyimpan perasaan ke kamu, tapi aku nggak berani ungkapinnya, aku tau aku nggak pantas untuk kamu, aku hanya anak biasa sedangkan kamu adalah gadis paling diidolakan di sekolah ini, aku juga udah pikirin ini mateng-mateng, aku nggak bisa terus memendam perasaanku Vi, aku sayang sama kamu, aku selalu mencoba jadi yang lebih baik agar kau selalu menatapku dan tersenyum padaku, hingga sekarang aku jadi seperti ini itu karena kamu” ungkap rio.
“Alvin, kau juga pasti tau kan,, aku sekarang telah punya pacar, terimakasih kau sudah mau menyayangi aku, tapi sungguh aku minta maaf aku nggak bisa balas semua itu” jawab Sivia dengan lembut seraya mengangkat dagu Alvin yang sejak tadi tertunduk.
“aku minta maaf, aku sudah salah, aku memang tak pantas mencintai kamu” kata Alvin seraya meninggalkan Sivia. Sivia merasa bersalah pada Alvin, dia mencoba memanggil Alvin tapi, Alvin tak menghiraukannya.
Sivia pun berjalan perlahan ke kelasnya, tapi kerumunan siswi menghentikan langkahnya. Para siswi itu membicarakannya, mereka berbisik-bisik satu sama lain, tapi Sivia hanya melirik sebentar dan melanjutkan langkahnya. Ketika ia melewati kelas XI- IPA dia melihat Alvin yang sedang tertunduk di bangkunya. Sivia ingin masuk tapi guru sudah datang, ia pun bergegas masuk kelasnya yang berjarak 2 kelas dari kelas Alvin.
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini pun berbunyi, lautan putih abu pun bergegas keluar kelas namun mereka tak langsung pulang karena hari itu hujan deras, mereka pun harus menunggu hingga hujan reda meski beberapa anak nekat untuk pulang. Sivia dan Alvin keluar kelas masing-masing secara bersamaan. Sivia menghampiri teman-temannya di depan kelas. Tiba-tiba Gabriel menghampiri Sivia bersamaan dengan Alvin. Mereka berdua membukakan payung dan ingin mengantarkan Sivia pulang. Tentu saja Sivia lebih memilih diantar oleh Gabriel kekasihnya. Dari kejauhan Sivia masih melihat Alvin yang terlihat sangat sedih.
“Alvin, maafin aku ya,, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, semoga kamu bisa ngerti” kata Sivia dlam hati kecilnya. Gabriel membukakan pintu mobil untuk Sivia, dan Gabriel pun bergegas masuk mobil. Dari kaca mobil Sivia melihat Alvin yang nekat hujan-hujan, Alvin membuang payungnya dan berjalan dengan penuh penyesalan. Sivia hanya bisa melihat Alvin dari mobil, tanpa terasa, Sivia meneteskan air matanya untuk Alvin.
Keesokan harinya Alvin sakit dan tak bisa bersekolah. Sivia tak mengetahui hal itu. Hingga 5 hari pun berlalu, Alvin masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Sivia yang baru mendengar hal tersebut merasa cemas, pulang sekolah ia pun langsung bergegas menuju rumah Alvin.
Di sana Sivia melihat Alvin dengan wajah pucat pasi dan terbaring sangat lemah.
“semakin hari, keadaan Alvin semakin memburuk nak, Alvin tak mau makan bahkan minum obat saja tak mau, ibu bingung harus bagaimana membujuk Alvin.” Kata ibu Alvin.
“tante, apakah siang ini Alvin sudah makan??” Tanya Sivia.
“belum nak, ibu sudah memaksanya tapi dia tak mau membuka mulutnya” jawab ibu Alvin.
“biar saya yang membujuknya” serentak Sivia mengatakan itu tanpa piker panjang.
“Alvin, kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini,??” Tanya Sivia seraya memegang tangan Alvin lembut.
“untuk apa kau kemari Vi, aku tak pantas untuk kau jenguk, aku sudah tak ada gunanya Vi, sudahlah cepatlah pulang,” pinta Alvin serentak melepaskan tangan Sivia. Tak berapa lama ibu Alvin datang membawakan sepiring nasi untuk Alvin. Sivia langsung berdiri dan mengambil piring itu. Sivia mencoba membujuk Alvin untuk makan namun Alvin malah membanting piring berisi nasi itu.
“Alvinn, kau kenapa, kenapa kau seperti ini padaku??’’ Tanya Sivia dengan mata berkaca-kaca.
“aku nggak ingin melihat kamu lagi, pergilah dari rumah ini, dan jangan menginjakkan kakimu di sini lagi.’’ Alvin membentak Sivia.
“jadi kau mengusirku, apa seperti ini Alvin yang aku kenal, kenapa kau berubah begitu cepat, kalau kau membenciku, bukan seperti ini caranya. Bukan dengan menyakiti dirimu sendiri, kau yang selalu menyemangatiku kenapa sekarang kau kehilangan semangat, kau bukanlah Alvin yang dulu.” Kata Sivia seraya melangkahkan kaki meninggalkan Alvin yang masih terdiam.
Alvin hanya terdiam di atas tempat tidurnya. Keesokan harinya Alvin memaksakan diri untuk bersekolah, dengan tubuh tertatih-tatih Alvin berjalan menuju lorong sekolah. Sesampai di kelas, Alvin di sambut hangat oleh teman-temannya.
“hei Alv, kau masih hidup ternyata hahaha,,,!!!” ledek Obiet teman sebangku Alvin. Alvin hanya tersenyum tipis mendengar ledekan teman-temannya.
“tentu saja Alvin masih hidup, ia kan masih ingin bertemu wanita pujaannya, makanya hari ini dia bersekolah” sahut Patton,
“hoho,, siapa gadis itu,, setauku Alvin tak pernah dekat dengan gadis lain selain Shilla” Cakka terheran.
“Alv, apakah kau tak mau menjawabnya sendiri??” seru Patton meledek temannya itu.
“sudahlah, aku tak mau membahasnya, aku ingin sendiri” Alvin seraya pergi meninggalkan teman-temannya itu. Alvin beranjak pergi dari kelasnya, tanpa sengaja Alvin menabrak seorang gadis, buku gadis itu berhamburan di lantai teras.
“maaf. Maafin aku, aku nggak sengaja” Alvin meminta maaf kepada gadis itu sambil membantunya merapikan buku-bukunya. Ternyata gadis itu adalah Sivia, Alvin langsung menundukkan kepalanya, dan bergegas meninggalkan Sivia.
“Alvin tunggu” panggil Sivia.
“ada a..apa.. Siv..Sivia??” Tanya Alvin terpatah-patah.
“untukmu” Sivia memberikan secarik kertas untuk Alvin. Alvin segera menerima kertas itu dan pergi begitu saja.
Di taman Alvin membaca surat itu.
Dear Alvin,
Aku minta maaf, mungkin aku
sudah menyakiti hati kamu. Tapi sungguh aku tak bermaksud mempermainkan
perasaan kamu. Ketahuilah, sekarang aku telah berpisah sama Gabriel. Dan orang
tuaku akan membawaku pergi ke amerika untuk melanjutkan study ku bersama kakak
ku. Kamu nggak pernah bersalah kok Alvin, semua perasaanmu ke aku itu tidak
bersalah. Tapi akulah yang bersalah karena tak dapat membalas rasa sayangmu
padaku. Mungkin hari ini adalah terakhir kita bertemu. Sebenernya aku tak ingin
pergi, tapi tempat ini memberiku banyak kenangan buruk.
Alvin jika nanti kau menyukai
seoarang gadis lagi, jangan pernah bertindak konyol seperti ini. Aku nggak akan
lupain kamu, karena kamu adalah sosok cowok yang bisa membuatku tersenyum.
Sivia,
Setelah membaca surat tersebut, Alvin langsung beranjak dan berlari menuju kelas Sivia. Sesampai di kelas Sivia, Alvin memeluk Sivia erat sekali.
“Sivia, jangan tinggalin aku, aku mohon” pinta Alvin dengan tulus.
“Alvin apa-apaan sih kamu, malu tauk” jawab Sivia seraya melepas pelukan Alvin. Tapi Alvin masih tetap saja memohon pada Sivia, ia berlutut di depan Sivia. Alvin meneteskan air matanya, Sivia pun ikut menangis.
“Alvin, jangan kau seperti ini, aku tak bisa menuruti kamu. Aku nggak bisa terus di sini, aku harus pergi hari ini juga. Jangan memberatkan aku Alvin, please” kata Sivia seraya membantu Alvin berdiri.
‘’Sivia, aku nggak tau tapi aku nggak bisa maksa kamu buat sayang sama aku, pergilah Sivia, mungkin aku nggak pantas bersanding denganmu. Dan sekali lagi, jangan salahkan dirimu sendiri, karena aku yang salah karena telah mencintamu” Alvin mencoba melapangkan hatinya menerima kepergian gadis yang selama ini dicintainya. Sivia hanya menatap Alvin dengan seutas senyum manis seperti biasanya.
Tak lama kemudian ayah Sivia datang untuk menjemput Sivia. Sivia pun segera bergegas untuk berangkat ke amerika. Sivia juga berpamitan kepada Alvin, Sivia mencium dahi Alvin sebagai tanda perpisahan.
“aku akan kembali” bisik Sivia lembut. Alvin hanya diam terpaku, ia tak mampu menahan semua perasaannya. Akhirnya Sivia pun beranjak dan pergi meninggalkan Alvin. Tiada sepatah kata dari Alvin untuk Sivia. Alvin mencoba sabar menghadapinya.
1 tahun kemudian, Alvin menjadi anak yang prestasinya menonjol, akhirnya Alvin mengikuti pertukaran pelajar di amerika selama setengah tahun. Tanpa disadari di sebuah toko buku, Alvin bertemu dengan Sivia saat ia ingin mengambil sebuah buku, tangan mereka secara bersamaan meraih buku itu.
“Sivia??... kau Sivia kan??” Alvin terheran.
“Alvin,?? Kok kamu bisa di sini??” Sivia pun juga terheran.
“iya aku ikut pertukaran pelajar selama setengah tahun,, hey bagaimana kabarmu, kau sehatkan” Tanya Alvin.
“ya seperti yang kau lihat ini”
“Sivia, soal perasaanku dulu, aku sudah mulai bisa menepiskannya. Aku sadar cinta emang nggak harus memiliki, benarkan Vi..??”
“yaa, bener banget,, tumben kamu nyadar” ledek Sivia. Mereka pun tertawa bersamaan.
Akhirnya mereka pun bersahabat, menjadi sahabat yang sangat akrab. Alvin telah mengubur dalam-dalam perasaannya karena ia tahu kalo sampai kapanpun Sivia nggak akan bisa sayang padanya, seperti ia menyayangi Sivia. Satu hal yang menjadi pelajaran untuk Alvin, bahwa cinta itu tak bisa dipaksakan, dan tak harus memiliki.
SELESAI
nyesekkkkkkkkk oiyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy
BalasHapus