Rabu, 04 Juni 2014

You've Got Me From Hello 7 -cakshill stories-


Cinta dan penghianatan hanyalah dibatasi oleh satu garis penghalang yang bernama : kesetiaan
7










santhy agatha









 
Lelaki tampan hanya tersenyum tenang, tampak sedikit geli menghadapi kehebohan Joshua yang menyambutnya. Dia melirik ke arah Kay dan menganggukkan kepalanya dengan sopan ke arah Kay, membuat Kay menyadari bahwa dia telah terpesona kepada lelaki itu. Memang Cakka tampan dan tetap nomor satu baginya, tetapi Cakka sangat jarang tersenyum, sedangkan lelaki ini, dia begitu murah senyum dan tampak sangat tulus secerah matahari,
“Sepertinya kau dan nona ini menghadapi masalah. Mungkin aku bisa membantu.”
Joshua melirik Kay masih tersenyum lebar, ‘”Ini Iel, dia adalah salah satu investor butik dan salon kami. Kau tidak keberatan Kay kalau Iel membantumu?”
Siapa yang tidak keberatan kalau dibantu berdiri oleh lelaki setampan itu? Kay berpikir bahwa kadang-kadang berpura-pura lumpuh ada untungnya juga...
“Kay ingin membuat gaun pernikahan yang indah, Iel. Kami sedang akan mengukur gaunnya.”
Iel melemparkan pandangan dalam ke arah Kay, “Sayang sekali kau sudah akan menikah, aku iri kepada lelaki beruntung itu.” Gumamnya penuh arti membuat pipi Kay merona.
Joshua menepuk pundak Iel sambil tertawa, “Jangan merayu Kay, Iel. Dia sudah punya tunangan dan akan menikah, mungkin kau bisa mengalihkan sasaranmu kepada gadis lain.”
Iel tampak tidak mempedulikan perkataan Joshua, dia masih memandang tajam ke arah Kay. Ia lalu mendekat dan mengulurkan tangannya lembut,
“Aku akan membantumu berdiri, maafkan ya.” Bisiknya lembut di dekat telinga Kay, “Sini, letakkan tanganmu di pundakku.”
Kay merasakan jantungnya berdebar keras, aroma maskulin itu langsung melingkupinya, membuatnya bergetar.
Dengan tangannya yang kuat, Iel menarik Kay berdiri, lalu menopang pinggangnya. Tangan Kay berpegangan erat ke pundak Iel, lalu melingkarkan lengannya di sana, sementara itu dia berakting sekuat tenaga untuk melemaskan kakinya, menumpukan beban tubuhnya di pundak Iel.
“Nah tunggu sebentar, kami akan mengukurnya.” Para pegawai Joshua mulai mengukur. Proses itu cukup singkat. Dan kemudian setelah Joshua selesai, Iel mendudukkan Kay lagi di kursi rodanya dengan lembut. Lelaki itu menyelipkan kartu namanya yang bernuansa hitam dan keemasan di jemari Kay,
“Hubungi aku, kapanpun itu. Aku akan dengan senang hati membuang semua urusanku demi dirimu.” Bisiknya pelan, lalu berdiri tegak, mengatakan sesuatu tentang pekerjaan kepada Joshua, kemudian melambaikan tangannya dan melangkah pergi.
Sementara itu Kay masih menggenggam erat-erat kartu nama di tangannya itu dengan terpesona.
⧫⧫⧫
Siang itu Shilla sedang berjalan ke minimarket di ujung jalan dari apartemennya ketika dia melihat Alvin di dalam minimarket yang ia tuju.
Lelaki itu sedang membeli rokok, dan langsung menoleh ketika pintu terbuka lalu tersenyum lebar ketika melihat Shilla,
“Hai kita bertemu lagi.”
Shilla tersenyum menatap wajah yang sama persis dengan Cakka namun dalam versi yang berbeda ini, “Halo Alvin, apa yang kau lakukan di sini?” Shilla melirik ke arah cafe di ujung jalan, bukankah di sana juga ada rokok? Kenapa Alvin malahan berkeliaran di tempat ini?
“Aku membeli rokok.” Alvin tergelak, “Kau mau membeli apa?”
“Hanya beberapa bahan makanan.” Shilla mengangguk sambil tersenyum lalu melangkah menuju rak-rak tempat penjualan mie instant. Dia mengira Alvin akan pergi dari supermarket itu setelah mendapatkan rokoknya, tetapi rupanya tidak, lelaki itu mengikutinya.
“Setelah ini, maukah kau jalan denganku? Kita bisa duduk, minum bersama, dan mengobrol.”
Shilla mengernyit, Alvin tidak sedang berusaha mendekatinya bukan? Karena Shilla sama sekali tidak melihat ada hal yang lebih dari pertemanan di mata Alvin.
“Kita bisa berbicara di cafe.” Gumam Shilla akhirnya, memilih tempat yang paling aman.
“Jangan di cafe.” Alvin langsung menyela, “Cakka akan membunuhku.”
“Apa?”
“Alvin mengangkat bahunya, “Kalau kau belum sadar, Cakka kan sudah mengincarmu untuk menjadi miliknya, dan kalau sampai dia tahu aku mendekatimu, dia akan membunuhku.” Alvin tergelak, “Meskipun rasanya pasti menyenangkan untuk membuat Cakka jengkel dan memancing kemarahannya keluar.”
“Apa?” Shilla menatap Alvin dengan bingung, ada apa di antara dua saudara ini? Kenapa mereka tampak tidak akur?
“Aku tahu Cakka sedang mengejarmu, dan biasanya kalau dia mengejar seseorang dia akan melakukannya dengan kekuatan penuh. Dan aku tertarik kepadamu karena tidak pernah sebelumnya Cakka bertindak begitu intens pada seorang perempuan.” Alvin mengedipkan matanya menggoda, “Kau pasti perempuan yang istimewa, jadi maukah kau melewatkan sedikit waktumu untuk makan siang denganku, dan mungkin kita bisa berbagi cerita. Aku ingin lebih mengenal calon kakak iparku dan kau mungkin bisa tahu kisah-kisah tentang Cakka yang hanya kami yang tahu, seperti kisah masa kecil kami misalnya.”
Shilla merenung, rasanya tidak ada ruginya kalau dia menerima ajakan makan siang Alvin, meski tampaknya selalu bersikap sesukanya, Alvin tampak baik hati. Lagipula dari siapa lagi dia bisa lebih mengenal Cakka kalau bukan dari orang terdekatnya, saudara kembarnya?
⧫⧫⧫
Tempat yang dipilih Alvin adalah rumah makan sederhana di belokan perempatan, yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki dari apartemen Shilla. Kompleks apartemennya adalah kompleks perkantoran yang menjadi satu dengan kompleks perbelanjaan, karena itulah suasana cukup ramai di waktu makan siang itu.
Shilla memesan kue-kue kecil yang tampak menarik berada di etalase ditemani oleh lemon squash yang menyegarkan. Sementara Alvin memesan seporsi besar nasi goreng dan langsung menyantapnya dengan lahap.
“Aku lapar.” Alvin tertawa melihat senyum geli Shilla ketika melihatnya makan dengan begitu lahap.
“Kau bisa makan di Garden Cafe, bukankah itu milikmu juga?” Dari cerita Cakka dulu, dia mengatakan bahwa Garden Cafe adalah warisan dari orangtua mereka beserta perusahaan lain-lain. Jadi Shilla menyimpulkan bahwa perusahaan itu pasti dimiliki Cakka dan Alvin bersama. Shilla entah kenapa merasa bisa mudah akrab dengan Alvin. Tidak seperti Cakka yang lembut, tenang dan menyimpan aura misterius di dalam dirinya, Alvin lebih ceria, mudah tertawa dan menguarkan aura yang cerah. Sama seperti ketika bersama Cakka, beberapa perempuan banyak yang tidak mampu menahan diri untuk menoleh dua kali sambil mengagumi ketampanan Alvin.
“Garden Cafe bukan milikku.” Alvin menelan suapan terakhirnya dan meneguk sodanya dengan bahagia, “Semuanya sudah menjadi milik Cakka.”
“Bagaimana bisa?”
Alvin tertawa, “Ayah kami mewariskan semuanya kepada kami berdua, tetapi tentu saja aku tidak mau melanjutkan usaha ayah kami sebagai bisnisman. Aku tidak mau leherku tercekik dasi dan badanku gatal karena kepanasan seharian harus memakai jas yang kaku itu. Karena itulah, begitu Cakka memutuskan untuk mengambil alih tanggung jawab, aku meminta pencairan seluruh bagianku di warisan ayah dan melepaskan seluruh kepemilikanku di semua perusahaan ayah.” Alvin mengangkat bahu, “Jadi Cakka membantuku, mengambil alih seluruh perusahaan atas namanya dan mencairkan uangku dalam bentuk dana di bank. Untuk selanjutnya seluruh perusahaan itu tidak ada urusannya lagi denganku, termasuk cafe itu.”
Termasuk cafe itu? Shilla merenung, Cakka mengatakan bahwa warisan utama ayah mereka adalah cafe itu dan beberapa hal lain. Tapi dari nada bicara Alvin, seperti juga yang dikatakan Albert, sepertinya ada sesuatu yang lebih besar di sini entah apa.
“Kau tidak tahu ya.” Alvin dengan cepat membaca ekspresi Shilla, “Apakah Cakka mengatakan bahwa warisan orang tua kami hanya cafe itu?”
Shilla mengangguk menatap Alvin bingung ketika lelaki itu tertawa terbahak-bahak,
“Oh Astaga, dasar Cakka, mungkin dia takut kau lari terbirit-birit ketakutan ketika tahu bahwa dia sangat kaya dan berkuasa. Shilla, perlu kau tahu, Garden Cafe itu hanyalah setitik kecil dari warisan ayah kami. Di luar itu, Cakka memimpin jaringan besar bisnis kuliner dan perhotelan serta resor-resor mewah di semua lokasi strategis yang tersebar hampir di seluruh negara ini.” Alvin mengangkat bahu, “Dari warisan yang dicairkan Cakka dalam bentuk uang untukku, sebagai ganti penyerahan hak kepemilikan perusahaan saja aku sudah bisa hidup mewah seumur hidupku tanpa harus memikirkan bekerja,” Senyumnya melebar, “Bayangkan apa yang dimiliki Cakka, sejak memegang perusahaan itu, dia telah mengembangkannya dengan kejeniusannya dan nilai seluruh perusahaan itu sudah menjadi berkali-kali lipat.”
Shilla ternganga, dia sama sekali tidak menyangka informasi ini. Cakka... Cakka yang dikenalnya itu ternyata adalah seorang miliarder kaya?
Tiba-tiba Shilla merasa gugup. Selama ini dia mau menjalin hubungan dengan Cakka karena mereka sama. Sama-sama orang biasa, yang menjalani hidup dengan biasa pula. Tetapi Shilla tidak pernah menyangka kalau Cakka adalah bisnisman jenius dengan kehidupan yang kompleks dan kekayaan yang terdengar menakutkan.
Shilla masih mengernyit, menyisakan satu pertanyaan di benaknya. Kenapa Cakka seolah menutupi keadaannya? Apakah dia takut bahwa Shilla adalah perempuan gila harta? Yang hanya ingin mengincar hartanya?
“Mungkin kau lihat hubunganku dengan Cakka tidak begitu baik.” Alvin bergumam lagi, tidak menyadari pikiran kalut yang berkecamuk di benak Shilla, “Kami sebenarnya saling menyayangi, hanya saja kadangkala aku merasa bahwa Cakka menyimpan kemarahan kepadaku.”
“Kemarahan?”
“Ya. Dia baik kepadaku, selalu ada setiap aku membutuhkan selayaknya seorang kakak. Tetapi ada kalanya aku merasakan dia marah kepadaku, tetapi menyimpannya dalam-dalam.”
“Kenapa  Cakka menyimpan kemarahan kepadamu?”
“Karena aku menolak tanggung jawab atas perusahaan itu dengan egois.” Alvin tersenyum malu, “Mau bagaimana lagi, perusahaan itu bukanlah impianku, aku seorang seniman, aku memiliki hasrat yang mendalam sebagai pelukis. Jadi aku mengusulkan kepada Cakka supaya menjual saja seluruh perusahaan kami dan kemudian mengambil mimpi kami masing-masing.”
“Cakka menolaknya.” Gumam Shilla.
“Ya tentu saja Cakka menolaknya, kakakku itu terlalu senang memikul tanggung jawab. Dia saat itu bersekolah untuk menjadi koki profesional sesuai impiannya, dan dengan bodohnya dia meninggalkannya, demi memikul tanggung jawab di perusahaan itu. Dia menjalaninya dengan kesadaran tentu saja, tetapi tetap saja aku merasa dia marah kepadaku.” Alvin mengangkat bahunya, “Mungkin dia melihat betapa bahagianya aku karena meninggalkan tanggung jawabku dan memilih mengejar mimpiku, mungkin dia berandai-andai seandainya saja dia bisa melakukan hal yang sama denganku.”
“Tetapi Cakka tidak akan pernah bisa.” Shilla memahami bagaimana kepribadian Cakka, lelaki itu tidak mungkin bisa melakukannya.
“Ya, dia tidak pernah bisa, karena itulah jauh di dalam dirinya ada kemarahan. Kemarahan karena dia yang harus memikul seluruh beban dan tanggung jawab.” Mata Alvin tampak melembut, “Salah satu kelemahan Cakka adalah ketika dia dihadapkan pada posisi di mana dia harus bertanggung jawab, dia pasti akan mengambilnya tanpa ampun dan kemudian merusak dirinya sendiri.”
⧫⧫⧫
Shilla sedang duduk di sofa di dalam apartemennya masih memikirkan kata-kata Alvin tadi. Setelah makan siang Alvin harus langsung pergi karena ada janji dengan salah seorang temannya, jadi mereka berpisah, setelah Alvin sempat meminta nomor ponselnya.
Ponselnya berbunyi, Shilla meliriknya dan mengangkatnya ketika melihat nama Angel di sana.
“Kenapa Angel, bukankah naskah terakhirnya sudah aku serahkan kepadamu?”
“Hei tidak bolehkah aku menelepon sahabatku dan tidak membahas masalah pekerjaan?” Angel tertawa di seberang sana, “Aku ada di dekat-dekat sini, aku mau mampir ke sana.”
Setengah jam kemudian, Angel sudah ada di dalam apartemennya. Dia membawa dvd terbaru dan dua cup besar popcorn, itu adalah DVD komedi romantis yang dibintangi Adam Sandler dan Jennifer Aniston.
Mereka duduk di sofa itu, dan terpesona dengan kisahnya yang lucu dan romantis. Dan ketika film itu selesai dengan ending yang manis dan membahagiakan, tiba-tiba saja Shilla mengingat Cakka dan bergumam,
“Pemilik café itu...”
Angel langsung menatapnya dengan tertarik, “Hmmm, Cakka? Aku masih penasaran dengan wajahnya, mengingat saudara kembarnya luar biasa tampannya, aku yakin dia pasti tak kalah tampan.” Shilla sudah bercerita kepada Angel tentang kedekatannya dengan Cakka dan Angel mendorongnya dengan penuh semangat untuk mencoba membuka hatinya. Kalaupun tidak berhasil, toh Shilla sudah mencoba menyembuhkan luka lamanya, kata Angel waktu itu.
“Yah.” Shilla mengangguk, “Dia ternyata seorang miliarder?”
“Apa?” Kali ini Angel hampir terlonjak dari duduknya, “Dan kau tahu itu bukan dari dirinya sepertinya?”
“Ya. Cakka tidak pernah menceritakan kepadaku, dia bilang dia memiliki cafe itu dan yang lain-lain. Aku bingung kenapa dia tidak mengatakan apapun kepadaku. Apakah dia tidak percaya kepadaku atau dia hanyalah orang kaya yang paranoid mendekati perempuan karena takut perempuan itu akan mengincar hartanya?”
“Mungkin Cakka akan menjelaskannya nanti kepadamu, mungkin waktunya belum tepat.” Angel membuka laptopnya dengan bersemangat, “Sejak adanya mesin pencari ini kau hanya perlu memasukkan namanya dan semua berita tentangnya akan keluar. Kalau dia memang seorang miliarder, dia pasti akan muncul di salah satu berita.”
Dengan cekatan Angel mengetikkan nama “Cakka” dengan keyword tambahan “Garden Cafe.”
Dan sederet berita langsung keluar ketika tombil ‘search’ ditekan. Berita itu kebanyakan dari kolom bisnis dan keuangan, yang memberitakan tentang resort dan hotel-hotel berbintang lima yang tersebar di negara ini. Yang semuanya dimiliki oleh seorang miliarder muda bernama “Cakka Reivaldo”
Shilla dan Angel ternganga membaca semua informasi itu. Lalu saling berpandangan dengan takjub.
“Shilla.” Kesha akhirnya yang bisa bergumam, “Kalau memilih laki-laki, kau benar-benar tidak tanggung-tanggung.”
⧫⧫⧫
Setelah Angel pulang. Shilla memutuskan untuk mandi air panas di bawah pancuran dan bersantai. Naskahnya sudah selesai, dan dia bisa tenang sebentar sebelum Angel menyerahkan beberapa koreksian editan yang harus ia revisi.
Dia merasakan nikmatnya mandi air panas yang menyenangkan di tubuhnya dan melemaskan badannya yang lelah. Meskipun benaknya masih bertanya-tanya, tetapi Angel berusaha menenangkan dirinya.
⧫⧫⧫
“Kau menemui Shilla bukan?” Cakka langsung bergumam ketika Alvin membuka pintu tempat tinggalnya. Lalu Cakka langsung melangkah masuk dengan marah ke dalam rumah.
Sementara itu Alvin masih memasang wajah santai dan tersenyum mengejek, “Oh Astaga kak, apakah kau menyuruh orang untuk mengikutiku?”
“Bukan kamu.” Wajah Cakka tampak datar, “Aku menyuruh pengawalku untuk mengikuti Shilla, dan dia bilang Shilla makan siang bersama saudara kembarku. Apa maksudmu mengajaknya makan siang bersama? Apa yang kau katakan padanya?”
“Whoa tunggu... akan kujawab satu-satu kak.” Tetapi kemudian Alvin mengangkat alisnya, “Kalau boleh aku tahu, kenapa kau menyuruh pengawal untuk mengikuti Shilla?”
“Bukan urusanmu.”
“Kalau begitu aku tidak akan mengatakan informasi apapun menyangkut tadi siang.” Alvin bersedekap, menantang.
Lama Cakka menatap Alvin dengan pandangan tajam, kemudian dia menghela napas panjang, “Shilla punya seorang mantan tunangan yang mengejarnya, dan aku sudah membereskannya agar berada di tempat yang jauh dan tidak bisa mengganggu Shilla lagi. Tetapi tentu saja aku tidak mau mengambil resiko, jadi aku menyuruh pengawalku untuk mengawasi Shilla sementara.”
Alvin menatap Cakka dengan tajam, “Pastinya bukan untuk berjaga-jaga kalau-kalau Shilla menemui laki-laki lain selain dirimu bukan?”
Cakka tidak membantah, dia hanya menatap Alvin dengan tajam, “Sekarang katakan kenapa kau menemui Shilla tadi siang.”
“Aku tidak sengaja menemuinya, kami berpapasan di supermarket di ujung jalan.”
“Supermarket?” Cakka menyipitkan matanya.
“Aku sedang berada di dekat-dekat situ dan membeli rokok.” Gumam Alvin tanpa rasa bersalah.
Cakka langsung mencibir, “Rumahmu berada puluhan kilometer dari sana, dan kau membeli rokok di sana di dekat apartemen Shilla, kau pasti punya rencana di otakmu.”
Alvin tertawa, “Oh astaga kakak, kenapa kau dipenuhi rasa curiga? Aku benar-benar tidak sengaja berada di sana dan kemudian berpapasan dengan Shilla di dalam supermarket itu. Jadi aku mengajaknya makan siang bersama.”
“Dan apa saja yang kau katakan kepadanya selama makan siang itu?”
Alvin tersenyum, “Kalau kau takut aku mengatakan kepadanya tentang Kay, kau bisa tenang, aku tidak akan mengatakan kepadanya.”
Sebenarnya itulah yang paling ditakutkan oleh Cakka. Dia takut Shilla mengetahui tentang Kay sebelum dia sempat membereskan semuanya. Kalau sampai itu terjadi, Shilla pasti akan menganggapnya sama seperti Raka, seorang lelaki pengkhianat yang tega mengkhianati perempuan yang menjadi tunangannya. Shilla pasti akan benci setengah mati kepadanya kalau sampai dia tahu.
“Dan kalau kau sampai tidak bisa menjaga mulutmu, aku akan membuatmu menyesalinya Alvin. Meskipun kau adalah adikku, aku tidak akan segan-segan.”
“Aku takut.” Alvin bergumam mengejek, karena tidak ada satupun ekspresi ketakutan di wajahnya, bertentangan dengan kata-katanya. “Kakak, Kalau kau tidak memberitahukan tentang Kay, cepat atau lambat Shilla pasti tahu. Dia sudah tahu bahwa kau adalah miliarder kaya, dan kau terkenal. Berita tentang pertunanganmu yang diselenggarakan dengan begitu mewah waktu itu pasti ada, terselip di salah satu berita di internet.”
“Kau memberitahukan kepadanya bahwa aku seorang miliarder?” suara Cakka meninggi, dia tampak benar-benar marah sekarang.
Alvin memundurkan langkahnya, menjauhi Cakka yang kali ini tampak benar-benar berbahaya, “Aku tidak tahu bahwa dia tidak tahu, kukira kau sudah mengatakan kepadanya, Lagipula kenapa kau merahasiakan statusmu kepadanya? Kenapa kau tidak mau dia tahu bahwa kau kaya raya? Apakah kau tidak percaya kepadanya?”
“Bukan karena itu!” Cakka berteriak, “Seperti yang kau bilang tadi, karena kalau sampai dia tahu aku kaya, dia akan mudah mencari informasi tentangku. Dan dia bisa menemukan info tentang Kay sebelum aku bisa membereskan semuanya!”
Alvin tertegun mendengar kata-kata Cakka yang terakhir, “Membereskan Kay? Apa maksudmu?”
“Bukan urusanmu.” Cakka menatap adiknya dengan dingin, “Kau telah merusak seluruh rencanaku, dan kali ini aku masih memaafkanmu karena kau adalah adikku. Tetapi ingat ini Alvin, jangan pernah mencoba main-main setitikpun dengan Shilla. Dia milikku, kau dengar itu? Dia milikku, dan aku akan menghancurkan siapapun yang mencoba mencurinya dariku.” Setelah mengucapkan ancamannya, Cakka membalikkan tubuhnya dan meninggalkan rumah Alvin dengan pintu berdebam di belakangnya.
Sementara itu Alvin menatap kepergian Cakka dengan senyum simpul. Dia tahu bahwa Cakka tidak akan semarah itu kepadanya, dia tahu bahwa jauh di dalam hatinya kakaknya itu menyayanginya.
Alvin sama sekali tidak pernah tertarik kepada Shilla, mungkin dia suka, tetapi Shilla jelas bukan tipenya. Alvin sengaja berpura-pura tertarik kepada Shilla hanya agar Cakka tergerak untuk mengejar Shilla lalu berusaha melepaskan diri dari Kay.
Sudah sejak awal Alvin tidak suka dengan Kay, perempuan itu dulu pernah mengejarnya, lalu entah kenapa dia kemudian mengejar Cakka dan berhasil memilikinya. Alvin merasa muak membayangkan pengkhianatan yang dilakukan Kay kepada kakaknya, dan kemudian merasa benci ketika tahu kakaknya terjebak ke dalam pertunangan itu, yang hanya disebabkan oleh rasa tanggung jawab.
Selama ini kakaknya hanya pasrah, dikalahkan oleh sikapnya yang begitu bertanggung jawab. Dan Alvin harus bisa melepaskan kakaknya dari pertunangan yang dia yakini akan menghancurkan hidup Cakka.
Shilla adalah kesempatan terbaik Cakka untuk melepaskan diri dan meraih apa yang diimpikannya. Tetapi Cakka terlalu lambat dan penuh pertimbangan hingga Alvin takut semua akan terlambat. Jadi Alvin mendorongnya, dengan berpura-pura menyukai Shilla juga, lalu mengajak Cakka bersaing untuk mendapatkan Shilla.
Rencananya berhasil. Cakka sekarang mengejar Shilla dengan kekuatan penuh. Sekarang Alvin hanya bisa berdoa, apapun rencana kakaknya untuk menyingkirkan Kay dari kehidupannya, semoga rencana itu berhasil.

1 komentar:

  1. Casino.lv Reviews, Ratings & Ratings - Dr.MCD
    Experience 천안 출장샵 a 천안 출장안마 casino fun, 부산광역 출장마사지 and 당진 출장마사지 win BIG! Check out the Casino.lv online gaming experience with Casino.lv bonuses, signup bonuses & 인천광역 출장안마 more!

    BalasHapus