Minggu, 15 Juni 2014

You've Got Me From Hello 8 -Cakshill Story-


Kau membuka pagiku dan juga menutup malamku, Sesederhana itulah aku menginginkanmu.”
8










Santhy Agatha










Ketika ponselnya berbunyi lagi, hampir jam sepuluh malam, Shilla yang sudah berada dalam posisi meringkuk di ranjang dan bersiap tidur mengernyit. Dia sedang tidak enak badan, hari ini adalah hari pertama dia datang bulan dan dia selalu sedikit merasakan nyeri di perut bawahnya ketika sedang haid. Diangkatnya telepon itu,
“Halo?”
“Shilla?” suara Cakka yang dalam terdengar dari seberang sana, “Kenapa kau tidak datang kemari?”
“Oh... maaf Cakka.” Dia lupa kalau sudah berjanji untuk ke cafe malam ini. “Aku... aku sedang tidak enak badan.”
“Kau sakit?” suara Cakka terdengar cemas, “Kau sakit apa?”
“Eh tidak...” Shilla bingung, kehabisan kata-kata untuk menjelaskannya kepada Cakka.
“Aku antar ke dokter ya?”
“Eh tidak usah...” Shilla menelan ludahnya, “Ini sakit perempuan..”
“Sakit perempuan?” Dari suaranya Shilla bisa membayangkan Cakka mengernyit di sana.
“Itu.. sakit perempuan setiap bulan.”
Hening. Tampak Cakka berusaha menelaah kata-kata Shilla, tetapi kemudian dia sadar,
“Oh.”
Tiba-tiba saja Shilla merasa geli karena sekarang Cakka yang salah tingkah.
“Maaf ya. Biasanya ini hanya berlangsung di hari pertama kok, mungkin kita bisa bertemu besok.”
Hening, lalu Cakka bergumam, “Aku ke sana ya?”
“Jangan, aku tidak apa-apa kok.”
“Aku akan kesana.” Cakka bergumam dengan nada keras kepala, lalu menutup telepon.
⧫⧫⧫
Ketika pintu apartemennya terbuka, Cakka berdiri di sana sambil membawa kantong kertas makanan dari cafenya. Lelaki itu menatapnya dengan cemas,
“Kau tidak apa-apa?”
Shilla menggeleng lemah, memundurkan langkahnya dan mempersilahkan Cakka masuk,
“Sakit begini hanya bisa disembuhkan kalau berbaring.”
“Kalau begitu duduklah berselonjor di sofa.” Cakka mendahului Shilla duduk di sofa, dan menunggu Shilla datang. Dia mengambil bantal kecil dan meletakkan di pangkuannya, “Sini, berbaringlah di sini.
Sejenak Shilla ragu, tetapi senyuman Cakka tampak begitu menenangkan, dan perutnya sakit. Dia tidak punya siapa-siapa di sini untuk mengeluh. Sambil menghela napas panjang dia duduk di sofa, Cakka langsung menariknya, menjatuhkan tubuh Shilla supaya kepalanya berbaring di bantal di pangkuannya.
Rasanya begitu nyaman, meringkuk di pangkuan Cakka dengan jemari ramping lelaki itu mengelus rambutnya pelan.
“Sudah makan tadi?”
Shilla menggelengkan kepalanya, “Tidak selera makan.”
“Aku bawakan kentang goreng dan sosis dari cafe kalau kau lapar malam-malam.” Jemari Cakka membelai rambutnya lembut, membuat Shilla mengantuk.
“Terima kasih Cakka...” suara Shilla melemah, dia menguap.
“Tidurlah, aku akan menungguimu di sini.”
“Terima kasih ya.” Shilla mengulangi ucapan terimakasihnya, lalu menutup matanya, merasakan damai yang menenangkan. Dia memejamkan matanya dan terlelap.
Cakka duduk di sana, mengamati Shilla yang terbaring di pangkuannya. Hasratnya untuk memiliki perempuan ini begitu besar, tidak pernah dia rasakan sebelumnya pada perempuan manapun. Perempuan ini adalah hasratnya. Dan setiap kali pula Cakka rela melepaskan apa yang menjadi hasratnya, demi keharusan untuk memikul sebuah tanggung jawab.
Kali ini itu tidak akan terjadi. Cakka akan mempertahankan Shilla di sampingnya. Lelaki itu lalu menundukkan kepalanya dan mengecup bibir Shilla yang telelap dengan lembut.
“Aku mencintaimu, Shilla.”
⧫⧫⧫
Shilla bangun di pagi hari dengan badan segar, dia membuka matanya dan menatap ruangan yang temaram. Masih sangat pagi sepertinya di luar, meskipun sinar matahari sudah menembus dengan malu-malu melalui gorden jendela.
Sejenak dia merasa bingung, kenapa dia tidur di ruang tamu. Tetapi dia lalu sadar.
Cakka...
Dengan gerakan pelan, Shilla melihat ke atas dan menyadari bahwa kepalanya ada di atas bantal kecil di pangkuan Cakka. Lelaki itu tertidur pulas sambil terduduk, tubuhnya menyandar ke sofa dan kelihatannya sangat lelap.
Shilla bergerak perlahan supaya tidak membangunkan Cakka. Tetapi rupanya Cakka terbiasa waspada ketika tidur karena dia langsung membuka matanya.
Mereka bertatapan, di pagi yang temaram dan udara dingin yang menguar sejuk dari jendela. Lalu Cakka tersenyum lembut,
“Selamat pagi.”
Tiba-tiba Shilla merasa malu. Lelaki itu baru bangun dari tidurnya dan tetap terlihat sempurna, sedangkan penampilannya sekarang pasti sudah amburadul.
“Aku baik-baik saja.”
“Sakit perutmu?”
“Sudah mendingan.” Dengan gerakan canggung, Shilla duduk dan menjauh dari Cakka, menyadari bahwa semalaman mereka sudah tidur bersama.
“Izinkan aku membuatkan sarapan untukmu.” Cakka melirik ke arah kantong kertas makanan yang dibawanya dari cafe yang tidak tersentuh, “Mungkin makanan ini masih bisa diselamatkan.”
Cakka kelihatan tidak canggung sama sekali, seolah-olah tempatnya memang di sini. Dia meraih kantong kertas itu, setengah bersenandung melangkah ke dapur Shilla, dan memasak.
Shilla sejenak termangu, menatap Cakka yang tampak begitu luwes dan santai memasak di dapur, lelaki itu tampak menikmatinya. Tiba-tiba Shilla merasa tersentuh. Lelaki ini ingin menjadi koki, tetapi dia meninggalkan impiannya demi rasa tanggung jawabnya, dia pasti merasakan perasaan hampa di dalam dirinya. Shilla sendiri tidak akan bisa membayangkan kalau dia tidak boleh menulis lagi.
“Aku akan ke kamar mandi dulu ya.” Gumam Shilla pelan dari sofa.
Cakka yang sedang memasak omelet beraroma harum dari bahan-bahan yang dia temukan di kulkas Shilla, menoleh dan tersenyum lembut,
“Silahkan. Ketika kau kembali, makanan sudah siap.”
⧫⧫⧫
Dan Cakka memang benar. Ketika dia selesai mandi, dapur itu beraroma harum dengan telur dan ham yang sudah digoreng, serta aroma kopi yang menguar memenuhi ruangan.
“Makanlah.” Cakka mengedipkan sebelah matanya, “Sarapan spesial dari koki paling tampan di dunia.” Gumamnya menggoda,
Shilla terkekeh geli, dan Cakka meninggalkannya sebentar untuk ke kamar mandi.
Ketika kembali rambut Cakka basah dan dia tampak segar. Shilla sudah menyeruput kopinya dan mencicipi sedikit omelet yang luar biasa enaknya itu.
“Suka?” Tanya Cakka lembut.Dia duduk di seberang Shilla di meja makan itu lalu menyesap kopinya yang masih mengepul panas.
Shilla menganggukkan kepalanya, “Aku tidak pernah memakan omelet yang begitu enaknya. Omelet buatanmu memang lezat.” Gumam Shilla sambil tersenyum.
Tatapan Cakka di atas cangkir kopinya tampak begitu intens, “Kalau kau menikah denganku, aku berjanji akan membuatkan sarapan untukmu setiap pagi.”
Hampir saja Shilla tersedak omeletnya, dia mendongak dan menatap Cakka terkejut,
“Apa?”
Cakka terkekeh dan barulah Shilla sadar bahwa Cakka sedang menggodanya. Pipinya langsung memerah karena malu.
“Tidak lucu, tahu.” Gumamnya sambil cemberut,
Cakka masih terkekeh, tetapi matanya bersinar dengan serius, “Aku tidak sedang melucu Shilla, bayangan itu ada di benakku. Kau dan aku menikah, lalu hidup bahagia selama-lamanya.”
Shilla merasakan jantungnya berdebar keras akibat kata-kata Cakka, “Bukankah masih terlalu dini membicarakan ini?”
“Ya.” Cakka menganggukkan kepalanya, tidak membantah kata-kata Shilla, “Tetapi aku tahu apa yang kurasakan, perasaan nyaman yang tidak pernah kurasakan sebelumnya kepada siapapun. Aku bisa saja duduk di sini berdua denganmu, tidak melakukan apa-apa dan tidak merasa bosan.” Lelaki itu menyentuh jemari Shilla dari seberang meja dan menggenggamnya sungguh-sungguh, “Beginilah yang kubayangkan akan kulalui bersama istriku nanti. Duduk bersama setiap pagi, mengawali hari dengan bahagia, lalu berpelukan ketika malam tiba.”
Kata-kata Cakka terdengar luar biasa indah sehingga Shilla terpesona. Dia membiarkan tangannya dalam genggaman Cakka dan menghela napas panjang.
“Tetapi kau tidak jujur kepadaku. Alvin berkata bahwa perusahaanmu tidak hanya mencakup cafe itu dan lain-lain. Kenapa Cakka? Apakah kau tidak mempercayaiku? Apakah kau berpikir bahwa aku mungkin hanya mengincar hartamu?“ Shilla tiba-tiba merasa terhina, “Kalau kau memang berpikir seperti itu, kau bisa tenang, aku tidak butuh hartamu. Aku bahkan bisa menghidupi diriku sendiri dan tidak perlu bergantung pada seorang lelaki hanya untuk menghidupiku.”
“Aku tahu kau orang yang mandiri Shilla, aku tahu kau tidak mengincar harta dan kekayaan.” Cakka menggenggam erat jemari Shilla, mencegah ketika Shilla berusaha melepaskan diri. “Aku merahasiakannya karena takut kau merasa canggung dan lari dariku. Aku hanya ingin kau memandangku sebagai pria biasa, bukan sebagai seorang miliarder yang berkuasa.”
Shilla tercenung, menerima betapa benarnya kata-kata Cakka. Kalau dari awal Cakka mengatakan bahwa dirinya sangat kaya, mungkin Shilla akan merasa ngeri dan tidak akan memberi kesempatan kepada mereka untuk lebih dekat.
Kedekatan ini sudah tidak bisa dipungkiri lagi. Ada suatu ikatan yang sangat erat di antara mereka, membuat dunia mereka saling tarik menarik.
Dan bahkan Shilla bisa membayangkan kata-kata Cakka itu, mereka bersama-sama di pagi hari, memulai hari dengan bahagia dan berakhir di pelukan satu sama lain.
“Apakah kita akan berakhir di sana? Di impianmu tentang hidup bahagia selama-lamanya?” tanya Shilla lemah.
Cakka tersenyum lebar, “Tentu saja Shilla, Happy Ending, seperti akhir dari setiap novel romantismu.”
⧫⧫⧫
“Bagaimana?” Cakka bertanya cepat ketika Iel memasuki ruangannya. Iel memang sangat tampan, dia adalah sahabat Cakka ketika kuliah di luar negeri sebagai koki. Dan Iel adalah koki handal yang kemudian mengembangkan bisnis hiburan mencakup salon, butik, dan bakery serta rumah makan yang kebanyakan dibangunnya bekerjasama dengan Cakka.
“Dia terpesona kepadaku tentu saja.” Iel terkekeh, “Tetapi belum cukup untuk membuatnya berani mengambil keputusan untuk membatalkan pernikahan itu.”
“Kau sudah melakukan semua yang kukatakan kepadamu bukan?”
“Tentu saja, dengan sempurna. Aku mengunjunginya ke rumahnya, membawakan bunga lily kesukaannya, dia terkejut karena aku bisa mengetahui kesukaannya. Lalu aku menceritakan tentang kucing, seperti yang kau informasikan bahwa Kay sangat menyukai kucing dan punya puluhan kucing di rumahnya. Dan sekali lagi dia terperangah karena aku mempunyai banyak sekali kesamaan dengan dirinya. Semuanya sempurna mulai dari makan malam, sikap lembut dan perhatian seratus persen. Aku yakin hatinya sudah berpaling, hanya saja belum ada sesuatu yang membuatnya mengambil keputusan penting itu. Seperti yang kau katakan, kau ingin membuktikan bahwa dia bisa mengkhianatimu bukan?” Iel menatap Cakka tajam, “Dia tidak menolak ketika aku menciumnya semalam.”
Sebuah bukti. Sebuah kenyataan akan pengkhianatan. Cakka sudah menduga bahwa Kay tidak akan mampu bertahan. Perempuan itu mengatakan sangat mencintainya. Tetapi kalau dia sungguh mencintai, dalam keadaan apapun cinta tidak akan semudah itu tergoda untuk berkhianat.
Mungkin sejak awal Kay tidak mencintainya, mungkin perempuan itu hanyalah terobsesi untuk memilikinya.
“Kalau begitu mungkin ini saatnya aku bertemu dengan Kay.”
⧫⧫⧫
Ketika Cakka datang, Kay sangatlah gugup. Cakka sudah lama sekali tidak berkunjung. Dan Kay... sudah terlalu sering menghabiskan waktunya bersama Iel hingga sampai di titik dia sudah tidak peduli lagi apakah Cakka akan datang atau tidak.
Tetapi pernikahan mereka sudah dekat, pernikahan itu adalah puncak impian Kay untuk bisa memiliki Cakka pada akhirnya, dan dia tidak akan mundur. Kay hanya berharap dia masih bisa menghabiskan waktu bersama Iel, mereguk seluruh perhatian yang tidak didapatkannya dari Cakka sebelumnya, dan semoga saja Cakka tidak akan tahu tentang perselingkuhannya sehingga pernikahan mereka akan berjalan mulus.
“Kemana saja kau selama ini Cakka.” Kay memasang wajah merajuk, “Aku sampai berpikir bahwa kau mungkin sudah melupakanku.”
“Aku sangat sibuk Kay, kuharap kau mengerti.”
Kay mendesah sedih, “Selalu begini Cakka, apakah nanti di kehidupan perkawinan kita juga akan seperti ini? Kau sibuk dengan pekerjaanmu dan mengabaikan aku?”
Cakka mengangkat bahunya, “Itulah konsekuensi kau menikah denganku, tidak akan berubah meskipun kita menikah. Aku mempunyai tanggung jawab yang besar di perusahaan yang tidak mungkin aku abaikan begitu saja. Kalau kau tidak siap menghadapinya kau bisa mundur.”
“Apa?” wajah Kay langsung pucat pasi.
Sementara itu Cakka memasang wajah datarnya, “Aku tidak bisa menjadi suami yang perhatian seperti yang kau inginkan, tidak akan pernah bisa. Kalau kau tidak siap menanggung kesedihan karena tidak pernah mendapatkan perhatian dari seorang suami, kau bisa mundur sekarang Kay agar kau tidak menyesal. Kau tahu, aku tidak pernah memaksamu untuk menikahiku, untuk menjadi isteriku.”
“Teganya kau!” Kay berteriak, dan berurai air mata, “Kau sengaja melakukannya bukan? Kau sengaja mengabaikanku agar aku merasa tidak kuat dan membatalkan pernikahan ini? Kau ingin aku meninggalkanmu bukan? Agar kau tidak perlu memiliki istri yang lumpuh dan cacat sepertiku. Cacat karena kau!!”
Perkataan Kay itu membuat wajah Cakka memucat, tetapi dia mengendalikan diri dan berusaha membuat ekspresinya tetap datar.
Well kau tidak akan mendapatkan apa yang kau mau! Karena aku tetap akan melanjutkan pernikahan ini! Apapun yang terjadi kau tetap akan menjadi suamiku dan aku akan menjadi istrimu!”
Lalu dengan marah Kay memutar kursi rodanya, memasuki rumah dan meninggalkan Cakka berdiri di teras itu.
⧫⧫⧫
Shilla sedang tidak ada pekerjaan. Revisian naskah dari editor belum diterimanya. Dia menghabiskan harinya dengan bermain game komputer sampai merasa bosan. Kemudian dia teringat perkataan Angel pada hari itu, ketika mereka mencari data-data tentang Cakka di internet. Bahwa kita tinggal memasukkan sebuah nama saja di mesin pencari, dan kalau orang itu cukup terkenal, maka kita akan menemukan banyak informasi tentangnya.
Shilla teringat, bahwa Cakka selalu tampak tampan di foto-fotonya di setiap kolom berita keuangan dan bisnis yang ada di internet. Lelaki itu memang berpenampilan berbeda, dengan jas resmi yang tampak sangat formal.
Dengan iseng, Shilla membuka mesin pencari di internetnya, dan memasukkan nama lengkap Cakka di sana. Dalam beberapa detik, deretan hasil pencarian muncul.
Shilla menelusurinya dengan sangat tertarik. Ada berita tentang merger hotel terbaru milik Cakka, pembukaan restoran bintang lima secara serentak, dan iklan tentang resor-resor mewah di kawasan pariwisata elit di beberapa kota.
Semua berita itu menyebut Cakka sebagai pemimpin perusahaan yang jenius dan kompeten.
Lalu mata Shilla tertuju kepada sebuah kolom gosip. Hey... ada kolom gosip di antara semua berita keuangan dan bisnis ini. Dengan tertarik Shilla membuka kolom itu. Itu adalah wawancara dan berita tentang profil Cakka, pengusaha muda yang sangat sukses dalam mengembangkan bisnis perusahaannya.
Shilla membacanya dengan sangat tertarik, menelusuri kisah hidup Cakka dalam bentuk tulisan. Ternyata Cakka adalah seorang yang cemerlang dalam prestasi pendidikannya, dan juga....
Mata Shilla berkerut pada sebuah berita bahwa Cakka sudah bertunangan dengan kekasih yang dipacarinya selama empat tahun. Tunangannya adalah seorang mantan model pro yang berhenti setelah mengalami kecelakaan, bernama Ketzia Carolina.
Jantung Shilla berdebar keras, sebuah kejutan lagi.... Cakka sudah bertunangan? Dan dari kolom berita itu, dikatakan bahwa tahun ini mereka akan menikah.
Dunia seakan runtuh di bawah kaki Shilla

1 komentar:

  1. lanjut dongg :D please ini ceritanya bagus bgtt.. romantisnya gak lebay baguss deh pokoknya

    BalasHapus