Jumat, 02 Mei 2014

You've Got Me From Hello -cakshill stories- prolog


You’ve got me from hello
Santhy agatha









Maaf cerbung yang perahu kertas mimin hapus, soalnya agak gimana gitu dan mimin ganti yang ini, abis co cweet sih.










NO COPAST ASAL
KALO COPAST IZIN DULU
TYPO?SORRY










O iya, Mimin share 1 minggu sekali.










PROLOG
                Ingatan akan kejadian itu terasa begitu menyakitkan baginya. Melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang pengkhianatan Raka, kekasih yang sangat dicintainya. Lelaki yang dia kira akan menjadi pasangan hidupnya, selama-lamanya sampai mereka menua. Apa yang dia lihat itu merupakan kehancuran bagi masa depannya, pernikahan mereka. Kehancuran bagi segalanya, bagi hati Shilla, dan bagi kepercayaannya kepada semua lelaki di dunia ini.
                Teganya Raka!! Tak henti-hentinya Shilla menerlakkan umpatan kepada mantan tunangannya itu di dalam hatinya.
                Semua diawali dari telepon itu, sebuah telepon dari nomor yang tidak dikenal, yang entah kenapa Shilla angkat. Telepon dari seorang perempuan, yang menangis, mengatakan bahwa dia juga seorang kekasih  Raka dan mengatakan bahwa Raka meninggalkannya tanpa mau bertanggungjawab.
                Oh, tentu saja Shilla pada awalnya tak percaya,, tetapi perempuan itu mengajaknya bertemu. Dan meskipun saat itu Shilla sangat yakin bahwa Raka tidak mungkin mengkhianatinya. Raka tidak mungkin melakukan semua ini kepadanya.
                Shilla mau bertemu dengan perempuan yang menelponnya itu, dengan tujuan awal ingin mengata-ngatai perempuan itu agar jangan memfitnah Raka, tunangannya yang setia dan tampan itu.
                Tetapi kemudian, siang itu di cafe ujung jalan, seluruh keeyakinan Shilla di jungkirbalikkan. Perempuan itu, ana namanya, sudah mempersiapkan segalanya. Semua bukti yang diperlukan terhampar dihadapan Shilla, seolah menamparnya dengan keras.
                Disana ada foto-foto mesra Raka dan Ana, yang menunjukkan bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Tentu saja! Seorang yang bukan kekasih  tidak mungkin mencium pipi, berangkulan begitu erat  dan saling memeluki seperti yang tergambar di dalam foto itu. Ana juga menunjukkan pesan-pesan mereka, dari nomor Raka. Bahkan Raka tidak pernah seromantis itu dengannya, pesan-pesan mereka penuh dengan kata-kata cinta dan janji-janji muluk yang menyakitkan Shilla. Lalu seakan semua bukti belum cukup menghancurkan hari Shilla, Ana dengan tenang mengatakan bahwa kegadisannya sudah dia serahkan kepada Raka. Dan bahwa sekarang keluarganya menuntut kepada keluarga Raka.
                Hati Shilla, seolah di hancurkan oleh pengkhianatan yang begitu parah, bukan hanya karena Raka berselingkuh di belakangnya. Tetapi juga karena Raka telah begitu saja menghancurkan seluruh keyakinan Shilla tentang lelaki yang baik.
                Shilla selalu menjaga dirinya sampai dengan usianya yang sekarang, duapuluh lima tahun dan dia masih perawan. Meskipun kadang dia membiarkan Raka mencium bibirnya, tetapi hanya sebatas itu. Tidak pernah lebih.
                Raka pernah suatu kali meminta lebih, tetapi shilla mengangkat alis dan mengatakan apa yang diyakininya, nasehat ibunya. Bahwa seorang lelaki yang baik, akan menjaga perempuan yang dicintainya. Bukannya memaksa untuk merusaknya, Raka saat itu menerima penjelasan Shilla dengan lembut, dan bersumpah bahwa dia benar-benar mencintai Shilla, jadi tidak akan pernah merusaknya. Dan Shilla sangat bersyukur mempunyai tunangan seorang lelaki yang bisa menjaga moralnya, seorang lelaki yang baik dan tidak berorientasi kepada hasrat duniawai semata.
                Semua pandangannya tentang Raka -dan semua laki-laki lainnya- hancur seketika juga, Raka telah tidur dengan Ana, lebih dari pada yang seharusnya. Bagaimana mungkin Shilla bisa memaafkan Raka?
                Malam itu Shilla bertemu dengan Raka, dan memaparkan semuanya, bukti-bukti yang ada. Raka tampak sangat marah, kepada Ana, bukan kepada Shilla.
                “Dan kamu percaya apa yang dikatakan perempuan itu?” tanya Raka waktu itu.
                Shilla menatap lelaki itu. Yang dulu dicintainnya, bahkan mungkin sekarang masih dicintainya meskipun cinta itu terasa menggores seluruh hatinya hingga terasa nyeri.
                “Dia menunjukkan semua bukti-bukti itu, foto-foto mesra kalian berdua, pesan-pesan mesra kalian, masihkah kau membantah semuanya?”
                Raka tercenung tampak ragu, lama kemudian, dia menatap Shilla dengan pandangan memohon.
                “Maafkan aku sayang”
                Air mata pecah dari dasar hati Shilla. Sejak siang tadi Ana menemuinya. Shilla bahkan tidak bisa menangis, dia terlalu marah. Tetapi sekarang, berdiri di sini, berhadapan dengan Raka yang mengakui segalanya, membuatnya tak bisa menahan diri lagi.
                “Teganya kau melakukan itu kepadaku Raka, setelah pertunangan kita delapan tahun lamanya. Aku percaya padamu! Aku menghormatimu... aku...”, suara Shilla tercekat oleh perasaannya yang mulai sesak oleh luapan perasaannya.
                Raka memijit kepalanya tampak kesakitan.
                “Maafkan aku Shilla, Aku.. aku khilaf, tidakkah kau mengerti? Aku tidak pernah menginginkan berselingkuh dengan ana di belakangmu. Tetapi Ana... Ana, dia mengejarku, kau tahu dia juniorku diperusahaanku dan aku bertugas membimbingnya, Dia... dia sangat tergila-gila dan terobsesi denganku. Aku sudah berusaha menolaknya dengan berbagai cara, tetapi dia... dia tidak menyerah. Suatu malam, ketika hujan, dia mengetuk pintu apartemenku, berkata bahwa mobilnya mogok di dekat situ dan dia kehujanan. Aku tidak punya kesempatan untuk menolaknya, dia... dia kemudian merayuku... dan aku...”, suara Raka terhenti  ketika melihat ekspresi Shilla, “Jangan... jangan sayang, jangan merasa jijik kepadaku... aku hanya lelaki biasa, aku menyesali semuanya. Aku memang tidak tahan godaan, aku harap kau mengerti semuanya...”, Raka mendekat, berusaha menyentuh tangan Shilla, tetapi Shilla menepiskannya dengan kasar.
                “Jangan sentuh aku”, desis Shilla geram, “Kau bisa saja bilang itu ketidaksengajaan untuk kejadian pertama, tetapi kalian melakukannya lagi dan lagi... Dan aku yakin itu bukanlah suatu ketidaksengajaan lagi...”
                “Itu semua terjadi begitu saja!” seru Raka frustasi, “Dia... dia selalu menyediakan diri, dan kupikir, semua tanpa komitmen. Aku tidak tahu dia akan berbuat sejauh ini, menyakiti kau dan aku, berusaha menghancurkan hubungan kita. Kau tahu?... aku sebenarnya sudah akan meninggalkannya”
                “Aku sangat kecewa Raka.” Shilla menyusut air matanya, semua kesedihannya berubah menjadi kemarahan, “Kau meniduri seorang perempuan dan menganggap itu hanya salingan sambil lalumu, pemenuhan kebutuhanmu... itu sangat tidak bermoral...”
                “Maafkan aku Shilla, aku harap kau mengerti. Lagipula pernikahan kita tinggal lima bulan lagi, kau tidak akan membiarkan ini menghancurkan semua rencana masa depan kita bukan? Aku akan membereskan semua masalah ini dan kita bisa melanjutkan semuanya.”
                “Tidak!”, Shilla mundur selangkah, “Aku tidak mau melanjutkan apapun! Dan kurasa aku tidak akan pernah bisa! Kau... kau bukanlah lelaki yang kuinginkan untuk bersamaku sampai akhir hidupku lagi. Ternyata aku salah selama ini Raka,” dengan kasar Shilla melepas cincin emas itu dari jemarinya. Cincin yang dipasangkan secara resmi oleh Raka di depan seluruh keluarga mereka ketika mereka baru lulus dari SMU, delapan tahun lalu. “Kukembalikan cincin ini dan kuminta hatiku kembali. Silahkan jelaskan semuanya kepada orang tua kita, karena aku sudah muak kalau harus mengulang semua ini lagi,” diletakkanya cincin itu ke telapak tangan Raka “Selamat tinggal Raka.”
                Shilla membalikkan tubuhnya, dan tidak menoleh lagi ke belakang. Meskipun Raka masih memanggilnya dengan lembut, mencoba membuatnya berubah pikiran.
                Kemudian Shilla menjelaskan secara singkat keputusan bulatnya kepada kedua orang tuanya, menolak telepon-telepon dari orang tua Raka agar dia mau memaafkan Raka. Semua sudah seleai, babak hidupnya yang sudah musnah, bersama dengan cintanya, seluruh masa depannya dan rencana pernikahannya beberapa bulan lagi. Shilla menghadapi segalanya dengan kepala tegak meskipun hatinya hancur bukan kepalang.
                Malam itu juga, Shilla mengepak segalanya dan mengambil keputusan untuk pindah kekota lain. Shilla seorang penulis novel, dia bisa tinggal dimanapun dia mau. Dia tidak terikat pada perusahaan manapun.
                Maka Shilla memilih kota itu, kota yang menjanjikkan penyembuhan. Kota yang jauh, kota yang tak punya keterikatan apapun dengan masa lalunya. Shilla sudah bertekad, persetan dengan semua laki laki. Dia tidak membutuhkannya. Akan dia tunjukkan kepada dunia yang kejam ini, bahwa seorang Shilla bisa hidup tanpa harus meletakkan hatinya ke dalam genggaman makhluk jahat yang bernama laki laki.










to be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar