Rabu, 28 Mei 2014

Kenangan Yang Terlupakan -cakshill stories-


Kenangan yang Terlupakan










By della amanda










heyho! mimin bawa cerpen nih! inget ya, ini itu karangannya kak della amanda










NO COPAST!!!!











    “sialaaaaann!!!!!” teriak perempuan itu dengan histeris.
    “eh kenapa sih kamu Shill?!” Tanya teman sebangkunya dengan pelan.
    “Cakka sialaaaann!!!” seru perempuan itu lagi dengan mimik kesal dan pipi merah padam menahan sebal.
    “Shilla! Kamu kira pelajaran saya pelajaran seni musik apa?! berdiri dan angkat 1 kaki kamu di luar kelas!” hardik Ibu guru yang sedang menjelaskan pelajaran, dan merasa sangat terganggu oleh suara lantang dari Shilla.
    Dengan pasrah dan agak menyesal akhirnya Shilla meninggalkan tempat duduknya, dan menjalani hukuman dari Bu Priyati sang guru Matematika. Selama 2 jam pelajaran, Shilla yang hanya berdiri tegap itu terus memanyunkan bibirnya dan ngedumel dalam hati soal cowok bernama Cakka. Entah kenapa Shilla sangat tidak menyukai cowok itu, padahal Cakka adalah sepupunya! Cakka sendiri sering datang kerumah Shilla untuk main, tapi kali ini dia sangat-sangat kesel terhadap saudaranya itu.

    Sesampainya dirumah, ia mendapati lagi Cakka dirumahnya sedang bercakap-cakap diruang tamu bersama mamanya. Shilla tidak menghiraukan kehadiran saudaranya dan langsung berlenggang menuju kamarnya di lantai 2. Tapi saat ia baru mau menaiki anak tangga tiba-tiba suara itu datang..
    “Shilla, ini ada saudara datang ko ga dikasih salam malah langsung nyelonong gitu aja kaya bajaj?” sahut mama Shilla.
    “dia udah sering dateng jadi ngapain harus aku selalu kasih salam. Udah ah, aku mau ganti baju dulu ma.” Ujarnya ketus lalu melanjutkan lagi langkah kakinya menuju kamar.
    “maaf ya Kka, Shilla emang sifatnya keras kepala.” Kata mama Shilla yang menyampaikannya dengan sedikit ga enak hati pada Cakka yang sedang meneguk sirup cocopandannya.
    “ngga papa tante. Itu juga aku udah tau, dari kecil dia emang kaya gitu sifatnya hehe. Aku mau langsung ke kamarnya aja ah. Permisi ya tan.” Ucap Cakka yang memaklumi sifat Shilla. Ia pun langsung menuju ke lantai 2 ke kamar Shilla. Tanpa ragu-ragu Cakka langsung membuka pintu kamar cewek itu dengan nada mengagetkan.
    Bersamaan dengan pintu yang terbuka. “WWOOOY!!!” didapatinya Shilla yang memakai tank top hitam sedang sibuk memilih baju rumah yang biasa ia pakai.
    “eh gilaaaa!!! Aku lagi ganti baju dodol! Sana pergi!!” seru Shilla yang kaget akan tingkah Cakka.
    “lebay banget, kamu kan masih pake tank top ngga telanjang ini!” tuturnya enteng.
    “ihh dasar mesum!! Tutup lagiii pintunyaaaaaa sekaraaaanggggg!!!!” teriak Shilla dengan sekuat tenaga. Cakka yang merasa gendang telinganya sebentar lagi akan pecah langsung menuruti perintah sepupunya itu.
    “eh Shill, gila ya?!! Kamu pengen bikin aku budek karena suara kamu yang cempreng dan nyaring itu?!” kata Cakka.
    “iya! Aku pengen bikin kamu tuli! Jangan pernah dateng kerumah aku  lagi! Aku ga suka sama kamu!” jawab Shilla tanpa ragu dari balik pintu kamarnya.
    Sejenak tidak ada suara balasan dari Cakka, lalu suara itu muncul lagi dengan nada pelan. “Shill, dengerin dulu..aku mau ngomong sebentar.”
     Otak Shilla mulai berpikir, ada apa sih sama saudaranya itu?! Kenapa dia selalu datang kerumahnya dan ingin sekali dekat dengan dirinya? Apa Cakka sudah gila? Setiap hari dia nerima aja omelan serta teriakan Shilla yang menolak untuk bertemu dengannya. Meskipun di marahin abis-abisan setiap ketemu tapi tetep aja Cakka ga pernah absen dateng kerumah Shilla.
     “Cakka, siapa sih dia?! Aku ga inget punya sepupu/saudara namanya Cakka? Aku ga bisa inget siapa dia! Tapi kenapa nama itu bikin kepala aku pusing setiap kali memikirkannya?” ujarnya dalam hati. Cakka...Cakka...Cakka... Pandangan Shilla mulai kabur, kepalanya pusing, entah kenapa badannya seperti tidak seimbang dan melayang-layang.
     “Shill, tolong buka pintunya sebentar..” ucap Cakka yang mulai penasaran kenapa sedari tadi hanya hening yang ia dengar dari kamar Shilla, kemudian dengan hati-hati ia pun membuka pintu kamar Shilla, didapatinya perempuan itu pingsan!! Segera Cakka dengan wajah panik menggendong Shilla ke tempat tidurnya dan memberitahu tante Christy tentang keadaan anaknya. Saat itu Cakka benar-benar seperti orang kalap! Hanya melihat Shilla yang tergeletak pingsan saja membuatnya seperti ingin mati menyelamatkan cewek satu itu. Tante Christy yang memperhatikan gerak-gerik Cakka pun berkata: “Kka, kamu tidak lelah dengan semua ini?”
“jangan berkata seperti itu dulu tante, sekarang ngga tepat waktunya.” Kata Cakka yang mengusapkan minyak kayu putih ke kening dan hidung Shilla.
    “aku pulang dulu, kalau Shilla sudah siuman jaga dia ya tante.” Ucap Cakka.
    Setelah berpesan pada Tante Christy, Cakka pun pergi dari tempat itu. Ia memang merasa sangat lelah dengan ini, tapi sekarang belum sempat baginya untuk menjelaskan. Sedangkan, Tante Christy yang setia menunggu anak semata wayangnya itu siuman sampai-sampai tertidur karena cukup lama Shilla tidak sadarkan diri.
    “Ila, kamu jangan ikutan main bola ya! Nanti mama kamu marah sama aku kalo kamu kenapa-kenapa.”
    “gak papa Akka!! Ila mau ikut main bola pokoknya!” ucap anak perempuan berumur 8 tahun itu.
    “kamu liatin aku aja ya. Ila kan cewek ga pantes main bola.” Kata Akka yang berusaha melarang Ila untuk ikut bermain bola.
    “iyauda, yang penting aku ikut Akka.” Senyum manis Ila pun langsung terpampang jelas di wajah lugunya. Akka sangat senang mempunyai teman kecil seperti Ila, Ila beda dengan anak cewek yang lainnya. Pasalnya, Ila ga cengeng seperti kebanyakan anak-anak cewek seusianya, Ila juga agak tomboy karena dia suka main sama anak-anak cowok terutama sama Akka. Hal itu membuat dua anak kecil ini tumbuh bersama-sama. Sampai masuk playgroup,TK, SD pun mereka tidak terpisahkan, dan sangat dekat. Tapi suatu hari kabar buruk pun datang untuk Akka.
    “Akka, Ila besok mau pindah rumah jadi kita ga bisa main sama-sama lagi deh.” Ujar Ila dengan isak tangisnya yang malu melihat wajah Akka.
    “Ila memangnya mau pergi kemana?” Tanya Akka.
    Dengan berderai air mata Ila berusaha berbicara. “Ila juga ngga tau Akka, tapi yang jelas pindahnya jauh. Kita jadi ga bisa ketemu lagi.”
    Sejenak anak cowok bernama Akka itu terdiam akan kabar yang sangat mengagetkan ini. Ia tidak tau harus berkata apa, tapi yang pasti hatinya sangat terpukul bahwa Ila akan pergi meninggalkannya. Akhirnya anak cowok itu pun membuka mulutnya “Ila, kamu tenang aja. Akka pasti akan temuin Ila, Ila jangan takut. Ila mau janji ngga sama aku?”
    “janji apa Akka?” Tanya Ila masih dengan tangisnya yang tak berhenti.       
    “Ila janji ya akan tunggu Akka? Jangan lupa sama Akka.”
    “Ila ga mungkin lupa Akka! Akka temen Ila yang paling baik! Ila janji, tapi Akka harus ketemu Ila lagi.”
    “Akka...Akka...Akka...”
    Mama Shilla langsung terbangun saat mendengar anaknya bergurau nama Akka. Sang mama pun langsung menyadarkan Shilla dari gurauannya itu. Setelah diberi air putih oleh mamanya dan bersandar di punggung kasur beberapa saat, keadaan Shilla terlihat kembali normal dan ia pun membuka topic “ma, Akka itu siapa? Tadi aku mimpi tentang masa kecil aku sama cowok bernama Akka.” Ucap Shilla lemah.
    Mamanya kaget ketika Shilla bertanya seperti itu. “memangnya kamu ingin tau tentang dia?” Tanya mama yang membuat Shilla semakin penasaran di kondisinya yang masih limbung itu.
    “cepetan kasih tau aku ma siapa Akka itu!” kali ini Shilla berkata dengan sedikit menaikan intonasi pembicaraannya.
    “Akka adalah Cakka...”
    Belum sempat melanjutkan penjelasan, Shilla langsung memotong perkataan mamanya dan tampak begitu kaget. Keadaan yang tadi lemah kini tiba-tiba entah bagaimana menghilang dari tubuh Shilla. “mama jangan bercanda!! Cakka itu saudara aku!!”

***

    “Ila, apa kamu sudah benar-benar ngelupain aku? Tidak adakah sedikit sisa kenangan tentang aku di hatimu?” kata Cakka sambil meraih foto waktu ia kecil bersama dengan Shilla dan terus memandanginya.
    “Cakka..” suara yang tidak asing itu memasuki kamar Cakka dan menghampiri dirinya.
    “papa?”
    “kamu sudah berusaha sangat keras terhadap Shilla, jadi bagaimana keputusan kamu? Kalau kamu merasa segalanya sudah tidak mungkin dapat kembali lagi, papa ingin kamu meneruskan sekolah ke luar negri.” Kata papa Cakka yang memegang bahu putranya.
    Cakka tidak berani memutuskan untuk pergi ke luar negri, walaupun semuanya terasa mustahil untuk diingat kembali tetapi ia tidak bisa meninggalkan Shilla. Janjinya dulu terhadap teman kecilnya itu membuatnya tak bisa pergi dari Shilla, meski Shilla tidak mengenal dirinya...
    “putuskanlah besok, papa tidak mau kamu terus terjebak dengan masa lalumu yang bahkan tidak dapat diingat oleh Shilla.”

***

I'll find you somewhere
I'll keep on trying
Until my dying day
I just need to know
Whatever has happened
The truth will free my soul
Wherever you are
I won't stop searching
Whatever it takes me to know
(Within Temptation – Somewhere)
    Lagu dari band favorit Cakka begitu melukiskan kisahnya akan Shilla. Hari ini adalah hari terakhirnya untuk bertemu teman kecilnya itu, dan hari ini juga akan dia putuskan untuk meneruskan sekolah diluar negri atau tetap melanjutkan perannya yang memilukan.
    Setibanya dirumah Tante Christy, Cakka langsung disambut dengan hangat. Ia duduk diruang tamu dengan gelisah dan terus memikirkan perkataan papanya semalam untuk pergi sekolah ke luar negri.
    “sebentar ya Cakka, tante tinggal dulu.”
    “iya ngga papa tante.”
    Menunggu, menunggu dan menunggu...beberapa puluh menit ia menunggu Tante Christy yang tak kunjung kembali, padahal ia ingin menyampaikan pesan kepada Shilla melalui Tante Christy untuk yang terakhir kalinya.
    “Cakka..” terdengar suara perempuan yang tak salah lagi adalah...Shilla!!
    “oh, S, Shill..keadaan kamu udah membaik?” ucap Cakka dengan terbata-bata dan terlihat seperti orang kikuk.
    “keadaan aku ternyata ga pernah baik selama ini, iya kan?” perkataan Shilla membuat Cakka kebingungan atas apa yang ia bicarakan.
    “apa maksud kamu?” Tanya Cakka singkat.
    Shilla tampak termenung, ia menundukan kepalanya menatap lurus lantai rumahnya. Cakka yang kebingungan juga jadi ikut-ikutan terdiam tak bergeming. Hening kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan mereka. Tak ada yang berani membuka mulut lebih dahulu, Shilla pun belum menjawab pertanyaan Cakka yang tak mengerti akan perkataannya. Namun, beberapat saat Shilla mulai kembali berbicara.
    “Akka...kenapa terus menunggu Ila? Padahal Akka udah temuin Ila, tapi kenapa Akka pengen Ila ngga kenal sama Akka? Mama udah ceritain semuanya.” Ucap Shilla yang memanggil Cakka dengan sebutan masa kecilnya dulu, ia merasa sangat menyesal karena selalu bersikap kasar kepada Cakka yang ternyata adalah Akka teman dekat waktu ia kecil dan bukan saudara/sepupunya!
    Kata-kata dari mulut Shilla yang memasuki telinga Cakka membuat matanya terbelalak, ia melihat Shilla yang mulai meneteskan air mata dan terlihat begitu sedih karena merasa sudah dibohongi oleh dirinya. “aku ga pernah berniat membohongi kamu La, tapi kecelakaan yang membuat kamu hilang ingatanlah yang menjauhkan kita. Aku merasa percuma saja kalau aku mengatakan bahwa aku adalah Akka teman kecil kamu, sedangkan kamu tidak mengingat apa pun tentang aku. Jadi, aku putuskan untuk menunggu dan berpura-pura menjadi saudara kamu. Ini semua begitu menyakitkan bagi aku..melihat kamu setiap hari yang tidak mengenal aku..itu sangat menyakitkan.” Seketika itu Cakka mulai meneteskan beberapa derai air mata yang mengalir di pipinya.
    “aku minta maaf. Aku nggak tau kalau kamu telah begitu menderita karna aku, aku memang ngga pantes jadi temen kamu.” Tangis Shilla meledak setelah mengucapkan kalimat itu, ia tidak tau bahwa selama ini Cakka berusaha mencarinya dan menunggunya di balik kenangan yang terlupakan oleh Shilla.
    “kamu memang bukan hanya teman, tapi kamu adalah perempuan yang membuat aku bisa menunggu begitu lama dan itu membuat aku sangat menyukaimu. Aku suka sama kamu La, dari semasa kita kecil, kita berpisah, aku temuin kamu, aku berpura-pura, dan bahkan sampai saat ini.” Ujar Cakka yang mengakui perasaannya yang terpendam selama ini. Setelah bertahun-tahun terpisah dan berpura-pura akhirnya ia dapat mengucapkan kata-kata yang tertahan sudah begitu lama di hatinya.
    “aku...aku juga menyukai kamu Akka, dari dulu..maaf aku pernah melupakan kamu.” Ujar Shilla dengan lirih.
    “oia, aku ga mau manggil Akka lagi, karena nama itu adalah masa laluku yang terlupakan, dan sekarang yang ada dihadapan aku itu Cakka. Jadi kamu juga jangan panggil aku Ila lagi. Kalo kamu ngga panggil Shilla, aku ga jadi suka ah.” Kata Shilla yang tertawa kecil sambil menghapus tangis di pipinya yang sudah agak mengering.
    “habis nangis ketawa makan gula jawa nih ya?” goda Cakka yang menyunggingkan senyum manisnya pada Shilla.
    “iiihhh!!!! Ngeselin!!!” ucap Shilla yang merasa kesal digodai padahal ia berkata serius.
    “ok, ok..Shilla I heart U.” goda Cakka lagi.
    “iiih!! Apaan sih kamu! Aku tuh ngga suka sama Sm*sh!” serunya dengan nyaring.
    Kejadian yang tidak disangka ini pun terjadi. Cakka yang mengira usahanya selama ini akan berhenti sia-sia juga masih tidak percaya bahwa hari seperti ini, hari yang ia dambakan datang padanya. Shilla yang 9 tahun sudah menghilang dan  ia temukan kini dapat mengingat kembali dirinya. Rencana untuk meneruskan sekolah ke luar negri pun ia batalkan. Tante Christy yang menyaksikan dari jauh sangat senang melihat bahwa anaknya dapat mengingat kembali semua hal yang pernah terlupakan.
    “Shilla...ternyata aku memang tidak bisa meninggalkan kamu. Rasa sayangku terlalu besar dari keberanianku untuk berhenti menunggu saat seperti ini. Aku sangat menyayangimu.” Kata Cakka dalam hati yang diiringi pelukan hangatnya dengan Shilla.



Say my name, so I will know you're back
You're here again for a while..
Oh, let us share the memories that only we can share together..
Tell me about the days before I was born, how we were as children..
(Within Temptation – Say My Name)

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar